Posted by : Bagas
Friday, 16 May 2014
Setelah
sekian lama nggak nonton anime seri apa pun, akhirnya kemarin saya
memutuskan untuk download sebuah anime yang gak sengaja review-nya saya
temukan di web. Judul aslinya sangat panjang, yaitu Ano Hi Mita Hana no
Namae o Bokutachi wa Mada Shiranai, atau disingkat Ano Hana. Saya memang
penggemar anime, tapi tidak sembarang jenis. Bisa dikatakan saya cukup
pemilih dan hanya tertarik pada anime dengan cerita yang not too mainstream atau
punya value yang bagus. Umumnya, saya tidak terlalu suka anime dengan
alur yang terlalu panjang, berbelit-belit, atau terlalu banyak
mengandung fanservice tanpa cerita yang kuat. Untungnya, Ano Hana hanya
terdiri dari 11 episode. Not too bad.
Artwork
dalam Ano Hana mungkin tidak se-wah dan sedetil anime karya Makoto
Shinkai. Awalnya, ketika melihat episode pertama Ano Hana sejujurnya
saya bahkan kurang menyukainya karena saya pikir akan banyak mengandung
fanservice. Apalagi melihat karakter Menma yang menurut saya too mainstream. Tetapi,
setelah melihat episode selanjutnya saya baru mengerti daya tarik dari
anime ini yang membuat saya tidak bisa berhenti menontonnya sampai akhir
episode.
Everyone has changed. That’s not it… the one who’s changed most, is me. ~Yadomi Jinta
Inti
ceritanya mengisahkan tentang 5 orang anak yang sewaktu kecilnya
bersahabat, namun hubungan mereka merenggang sejak kematian salah
seorang teman mereka, Meiko Honma (menma). Kelima orang itu menjalani
kehidupannya masing-masing hingga suatu hari, Jinta Yadomi (yang dulunya
adalah group leader kelompok mereka) bertemu dengan hantu Menma. Arwah
Menma kembali karena ada keinginannya yang belum tercapai semasa hidup,
namun ia lupa apa keinginannya sendiri. Arwah Menma pun meminta Jinta
untuk membantu mencari tahu apa keinginan yang terlupakan itu dan
mengabulkannya. Untuk itu, sekali lagi Jinta harus ‘mengumpulkan’
teman-temannya semasa kecil, yang mungkin bisa menjadi kunci dari
keinginan Menma. Namun itu bukanlah hal yang mudah, karena baik Jinta
maupun keempat sahabat masa kecilnya itu memiliki lembaran masa lalu
yang tidak ingin mereka ungkit lagi. Terlebih mengenai Menma. Salah satu
alasan yang membuat hubungan mereka berlima merenggang.
Meskipun
agak terkesan aneh, tapi yang ingin saya tekankan mengenai anime ini
adalah bahwa sebenarnya cerita Ano Hana sangat realistik. Bisa dibilang,
ini salah satu anime ter-realistik yang pernah saya tonton. Realistik
disini, dalam artian reaksi dan emosi para karakternya. Semua begitu
mengalir, tidak dibuat-buat, dan masuk akal menurut saya. Konflik batin
karakter dan sebagian besar yang terjadi dalam alur cerita sangat
mungkin terjadi di dunia nyata. Anime ini memberikan suatu pelajaran
tentang hidup, makna keberadaan seseorang, kompleksnya perasaan manusia,
betapa sayangnya orang tua kepada anak, rasa kehilangan, penolakan /
denial, kejujuran, keberanian mengakui dan menerima diri sendiri,
keegoisan, penyesalan, dan cinta..
Meskipun
pengungkapannya berbeda-beda, kelima tokoh dalam cerita ini memiliki
kesamaan yang pasti: sama-sama terikat dengan masa lalu yang
menyakitkan, lari dari kenyataan, dan tidak mau mengakuinya. Menganggap
bahwa pilihan hidup yang mereka jalani baik-baik saja, menganggap masa
lalu itu tidak pernah ada walaupun pada kenyatannya bagian dari masa
lalu itu terus menghantui, jauh di lubuk hati mereka. Saya sangat
menyukai konflik saat setiap tokoh dipaksa jujur terhadap perasaan
mereka sendiri dan bagaimana setiap tokoh pada akhirnya menghadapi
perasaan mereka dengan caranya masing-masing. Ketika setiap tokoh
akhirnya menyadari, bahwa bukan hanya diri mereka sendiri yang merasakan
beban yang sama.
Menurut
saya, character development anime ini sangat baik dan menarik untuk
diikuti. Saya bisa melihat sifat asli dan palsu dari setiap tokoh dalam
11 episode itu. Anaru, misalnya, ia digambarkan sebagai anak yang mudah
terpengaruh dan memiliki rasa percaya diri rendah. Untuk menutupinya, ia
lebih memilih untuk mengikuti gaya hidup ‘gaul’ temannya meskipun
bertentangan dengan kehendak sebenarnya. Namun, ia adalah tokoh yang
paling pertama jujur akan perasaannya sendiri.